Deklarasi Santri Mahasiswa, Pengingat akan Peran Santri di Era Millennial

Di pondok itu kita dididik supaya jadi baik, sementara di perguruan tinggi, kita diajari supaya pinter. (Bapak Hadi Subhan, 2018)


Di Instagram, banyak tersebar video yang menunjukkan adab santri kepada kyainya, yang sampai menunduk dan diam saat kyainya lewat. Itu tidak berlebihan, karena selama saya mondok memang begitu adanya. Lingkungan yang ada telah mendidik para santri untuk sangat menghormati guru-gurunya. Berbeda saat kuliah, seolah mahasiswa berusaha untuk buang muka saat berpapasan dengan dosennya.



Sebenarnya semua itu dipengaruhi oleh lingkungannya, sementara kondisi lingkungan sangat dipengaruhi manusia yang ada di dalamnya. Bukan berarti lingkungan kuliah tidak baik, melainkan bagaimana seseorang mampu menemukan lingkungan yang baik di dalam kemajemukan yang ada.

Seyogyanya, pendidikan akhlak harus didahulukan sebelum pemberian ilmu. Karena bagaimana ilmu itu masuk dipengaruhi oleh akhlak sang penuntut ilmu. Jika cara menuntut ilmu itu baik, maka ilmu yang benar akan mudah masuk ke dalam otak. Selanjutnya ilmu itu akan mencapai kebarokahan jika diterapkan dengan akhlak yang baik pula.

Deklarasi santri mahasiswa sebagai bagian dari pengingat akan peran mahasiswa di perguruan tinggi di era millennial ini. Alhamdulillah, rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mohammad Nasih sangat perhatian dengan adanya dan peran santri di lingkungan UNAIR. Sehingga untuk pertama kalinya diadakan sebuah acara untuk memperingati Hari Santri Nasional bertajub Deklarasi Gerakan Santri Mahasiswa.

Pak Hadi menyerahkan cinderamata kepada Gus Nadir

Sambutan pertama disampaikan oleh Bapak Hadi Subhan, Direktur Kemahasiswaan Universitas Airlangga. Beliau berpesan bahwa selain pinter, mahasiswa UNAIR dituntut untuk bener. Konsep itu tersampaikan di motto UNAIR, yaitu Excellence with Morality. Kedua, di tahun politik ini, kita harus semakin jeli terhadap adanya gerakan-gerakan ibadah bernuansa Islam. Mengingat sulit membedakan antara ibadah yang ditujukan hanya untuk Allah atau lisiyasah/politik.


Sambutan Prof Amin

Sambutan kedua disampaikan oleh Prof. Moch. Amin Alamsjah, wakil Rektor III Universitas Airlangga. Beliau menyampaikan pesan untuk para santri. Beliau mengutip pesan yang disampaikan oleh
KH. Muhammad Ihya' Ulumidin (Pengasuh Ponpes Nurul Haromain Pujon). Pertama seorang santri sampai kapanpun tetap berdakwah, mau berjuang dan belajar. Selalu siap berkhidmah, berdakwah dan mengajar. Napak tilas para ulama, pejuang dan peletak dasar. Tetap teguh, istiqomah dan ridho dalam Islam sebagai prinsip kehidupan. Resiko perjuangan tidak menjadi halangan. Ikhlas, jujur dan semangat seiring dengan Ridho Alloh Ta'ala dalam mencapai tujuan.

Ini yang ditunggu-tunggu, penampilan Veve Zulfikar

Acara selanjutnya talkshow bersama Gus Nadir dan Gus Aik. Banyak hal yang disampaikan tentang isu kebangsaan yang sedang hangat di tahun ini. Mengenai ide khilafah yang disampaikan oleh HTI, beliau beranggapan bahwa tidak ada anjuran sedikitpun yang mengharuskan pendirian negara Islam. Yang diperintahkan adalah penerapan hukum islam dan metodenya di dalam kehidupan. Perintah pertama yang disampaikan Allah dalam Al-Qur’an adalah iqra’, tanpa adanya maf’ul. Artinya bahwa umat islam dianjurkan untuk mengetahui segala hal di dunia ini. Bahwasannya sistem khilafah dulu juga mempunyai banyak kekurangan, tidak semua kerusakan yang ada di Indonesia ini dapat diselesaikan dengan khilafah.


Kedua mengenai ulama dan umara, bagaimana seharunya generasi millennial memandang dan menghormati para ulama dan umara. Beliau menjawab, ulama adalah orang yang memandang umatnya dengan kasih sayang. Bagaimana cara membedakan ulama yang benar dan tidak, yang paling mudah adalah dengan melihat sanad keilmuannya. Bagaimana sikap kita terhadap para umara, hormati mereka selama tidak menyimpang dari ajaran Islam.

Rohim and friend

Selanjutnya ada Gus Aik yang berbicara tentang tantangan santri millennial. Poin penting yang disampaikan adalah, bagaimana seorang santri mampu berkarya dan produktif. Bila kamu aktif di media sosial, maka sebarkan hal-hal yang baik. Jangan menyebarkan yang dapat menimbulkan kebencian dan kerusuhan. Stop menyebar hoax. Dan jangan lupa untuk selalu ingat keampuhan Al-Fatihah.


Terakhir
Hidup adalah untuk mencari maslahah, bukan untuk tipu daya muslihat. (Gus Nadir, 2018)

Selamat Hari Santri Nasional 2018
Bersama Santri, Damailah Negeri

Comments

Popular Posts