Perjalanan yang Melelahkan #ExploreBali
Sembilan jam
berkendara menggunakan sepeda motor, dari Jember ke Bali. Kami berempat, 2
sepeda motor, memulai perjalanan dari Politeknik Pertanian Jember pukul 16.00
WIB, berpakaian lengkap, berjaket, dan memakai masker. Melewati Alas Gumitir
yang naik turun dan berliku, terdapat banyak orang meminta-minta dipinggir
jalan sambil mengarahkan kendaraan yang lewat, pukul 17.00 memasuki Kabupaten
Banyuwangi. Sebelum menyeberang, kami sholat di sebuah Masjid di Banyuwangi. Berlanjut
ke Pelabuhan Ketapang, kami membayar Rp 22.000,-/motor dan siap untuk masuk ke
kapal ponton yang telah diparkir di dermaga.
Cuaca sangat
bersahabat malam itu, walaupun begitu kami tetap merasakan sensasi ombak selat
Bali yang tidak terlalu ganas sebenarnya. Hanya lampu-lampu di sisi pulau Jawa
dan Bali yang terlihat saat perahu sampai di tengah penyeberangan.
Diduga teroris
Saudaraku diperiksa
sampai detail tasnya saat akan keluar dari Pelabuhan Gilimanuk, terlihat
mencurigakan karena berjalan kaki sementara di tangan membawa helm yang tak
dikenakan. Ya begini kalau ke Bali gak bawa KTP, kau akan disuruh balik dan
ambil KTPmu. Perlu diketahui bahwa di pintu keluar Pelabuhan Gilimanuk terdapat
pemeriksaan KTP semua pengunjung Pulai Bali. Ini ada karena untuk menghindari
adanya teroris yang masuk agar tidak terulang peristiwa bom bali oleh Amrozi CS.
Untung masalah tersebut bisa teratasi sehingga polisi dan para aparat pelabuhan
tidak menaruh curiga yang lebih. Karena kita kembar dan KTP hampir sama maka
itu bisa dijadikan strategi untuk lolos dari pemeriksaan.
Gilimanuk – Denpasar
Jalannya sih mulus,
tapi terkadang ada yang berlubang, jadi bahaya kalau dalam keadaan kecepatan
tinggi dan kurang konsentrasi. Butuh waktu 4 jam untuk menempuh jarak
Gilimanuk-Denpasar. Karena kondisi minim penerangan dan banyak truk besar
sehingga perjalanan terasa lama. Di sepanjang perjalanan banyak anjing yang
berkeliaran seperti kucing. Maklum ini Bali bukan lagi di Jawa. Semakin ke
Denpasar semakin jarang ditemukan masjid yang didirikan di sepanjang jalan yang
kami lewati. Dari Gilimanuk melewati Negara, Tabanan dan sampai di Kota
Denpasar. Kami sampai di rumah Qori di daerah Sesetan pukul 03.00 WITA hari
Kamis, 29 Desember 2016. –Istirahat
Day #1
Sambutan pagi yang
cerah mencoba untuk keluar rumah melihat suasana lingkungan yang baru. Banyak
sesajen yang dibentuk dari janur membentuk sebuah wadah berisi bunga, dupa di
kanan-kiri tempat tinggal kami. Itulah adat masyarakat Bali yang rata-rata
menganut agama Hindu. Maka dari itu tidak sautan suara adzan Subuh yang sering
aku dengarkan kala di Surabaya. Islam menjadi minoritas di Bali.
Kebun Raya Bali |
Bedugul
Sepanjang perjalanan
disuguhi berbagai model pura yang bervariasi, seperti halnya masjid yang
mempunyai keunikan bangunan di setiap daerahnya. Kalau dibandingkan jalannya
hampir sama dengan perjalanan menuju Danau Sarangan di Magetan atau Danau
Ngebel di Ponorogo. Yang membuat Bali beda dan istimewa itu semua jalan mulus
aspalnya walaupun masih ditemukan kemacetan di kotanya. Kebun Raya merupakan
kebun botani terbesar. Dengan tiket masuk Rp 9K kamu bisa merakasan rindangnya
pepohonan, beragam tanaman yang sebagian susah ditemukan.
Di samping kebun raya
terdapat danau Beratan yang terkenal
dengan Pura Ulun Danu yang tergambar dalam uang rupiah 50 ribu. Biaya masuknya
20K untuk pengunjung domestic. Kalau mau mendapatkan foto yang mirip dengan
gambar dalam uang 50K harus memotret dari danau menggunakan perahu.
Taman Begonia, Kebun Raya Bali |
Danau Beratan, Bedugul |
Dulu kawasan Pantai
Pandawa dikenal dengan nama Pantai “Penyekjekan”. Perubahan nama menjadi Pantai
Pandawa dilandasi pada spirit dari kisang pengasingan Panca Pandawa selama 12
tahun ke hutan dan goa gala-gala. Kisah ini sejalan dengan perjuangan kehidupan
masyarakat adat Kutuh yang selama kurun waktu 1997-2010 membelah tebing untuk
melepaskan diri dari keterpinggiran dan keterasingan kehidupan. Mulai tahun 2012
kawasan ini dinyatakan sebgai kawasan wisata yang dikunjungi oleh masyarakat
umum. Dapet tulisan itu dari tiket masuk Pantai Pandawa.
Ya memang ini
merupakan pantai yang baru yang mempunyai ciri khas dengan tebingnya, ombaknya
juga tak kalah dengan Pantai Kuta. Pasirnya juga bersih dan halus, juga banyak
tempat untuk bersantai dan berjemur. Tiket masuk hanya 8K.
Pantai Pandawa mempunyai pasir yang bersih |
Pura Uluwatu
Saat itu tepat hari
Jumat, maka aku menunaikan sholat Jumat di tempat ibadah 5 agama, pusat
peribadatan Puja Mandala. Di situ terdapat Masjid, Gereja Katolik, Gereja
Protestas, Vihara, dan Pura yang letaknya berdampingan. Itu menggambarkan
toleransi agama di Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.
Bikin adem, 5 tempat ibadah di tempat yang sama |
Pura Uluwatu terletak di atas tebing yang indah |
Searah dengan Pantai
Pandawa, ada Pura yang bertempat di atas tebing yang indah. Tiket masuknya 30K,
paling mahal dari semua pura yang kukunjungi. Di sana kita dapat melihat laut
dari atas tebing yang curam. Karena banyak monyet yang berkeliaran maka kita
harus hati-hati dengan barang bawaan kita, terutama kaca mata dan topi. Itu
digunakan si monyet sebagai jaminan agar pemilik barang tersebut mau memberikan
makanan kepada monyet. Apabila keinginannya sudah terpenuhi maka si monyet akan
mengmembalikan barang yang dicurinya. Tipsnya jangan terlalu memakai barang
yang mudah diambil dan segera hubungi petugas apabila terjadi pencurian, dan
jangan teriak ya,..
Bersantai |
Comments
Post a Comment