Aplikasi Karya Anak Negeri

Indonesia mempunyai banyak potensi, termasuk anak-anaknya. Banyak anak bangsa Indonesia yang berprestasi yang dikirim keluar negeri untuk menjalani pertukaran pelajar. Tapi  kali ini saya bukan menceritakan anak-anak yang sedang menjalani pertukaran pelajar, melainkan anak yang sudah bisa membuat aplikasi untuk komputer maupun handphone.

Logo aplikasi artav
Arrival Dwi Sentosa (13) dan Taufik Aditya Utama (18), duo bersaudara pembuat program Antivirus Artav. Nama Artav berasal dari singkatan Arrival Taufik. Dari segi fitur, aplikasi yang bisa diunduh gratis oleh setiap pengguna internet ini memiliki beberapa keunggulan. Seperti fitur Anti Hacker yang bisa melindungi komputer dari upaya penyusupan, Mail Servis untuk mengidentifikasi dan membersihkan virus yang bersarang di kotak surat, dan Internet Security yang masih dalam tahap pengembangan. Juga ada fitur Scan USB untuk memastikan setiap flash disk yang dicolok ke komputer bebas dari virus. ARTAV sejauh ini mampu memindai ratusan ribu varian virus. Pengunduhnya tak hanya dari Indonesia, tapi juga pengguna di Perancis, Jerman, Israel, dan Palestina. Dalam sebuah survey di sebuah situs tentang kemampuan memindai virus, ARTAV berada di posisi ketiga, dibawah dua merek antivirus ternama di dunia.

Arrival Dwi Sentosa  dan Taufik Aditya Utama 
Program antivirus Artav sebenarnya dimulai dari kekesalan dua remaja asal Bojongsoang ini yang setiap hari menemukan virus di komputer milik ayahnya. Mereka tidak habis pikir, mengapa virus-virus itu tidak kunjung teratasi setelah semua program antivirus dicoba. “Sampai akhirnya motherboard rusak. Saya kan kesel,” Rival mengenang awal dimulainya proyek Artav.
Agar komputer tersebut bisa digunakan kembali, siswa kelas II SMP 48 Bandung ini berjibaku mengumpulkan uang bersama kakaknya, Taufik, untuk untuk membeli motherboard baru. Selain uang jajan, mereka juga menyimpan uang jatah Lebaran yang biasanya digunakan untuk membeli baju baru. “Lebaran tahun 2009 kemarin kami terpaksa tidak beli baju baru. Uangnya dipakai buat beli motherboard,” cerita Rival yang diamini Taufik.
Motherboard seharga Rp 450.000 itu akhirnya bisa mereka beli dan komputer sang ayah pun bisa berfungsi kembali.
Akhir Maret 2010, mereka mulai membuat rancangan aplikasi antivirus berbasis Visual Basic dengan fasilitas seadanya. Mereka hanya mengandalkan komputer milik ayahnya yang sehari-hari digunakan untuk memperbaiki ponsel pelanggan.
Sehari bisa dapat 10-20 virus baru, antivirus buatannya secara berkala diuji ke komputer pribadi teman-teman sekolahnya. Memenuhi permintaan pengguna, ARTAV juga bisa dipakai untuk menangkal penularan virus dari USB.
Program antivirus artav ini bisa anda unduh melalui http://www.artav-antivirus.com dengan membayar Rp 20.000,-

Fahma Waluya Rosmansyah dan adiknya, Hania Pracika Rosmansyah
Yang kedua  Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika Rosmansyah (6 tahun). Pembuat aplikasi game anak-anak  untuk handphone. Melalui karya berupa kumpulan program game edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor” (Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika berhasil mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional 2010 dan memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara (Winner) APICTA 2010 pada kategori Secondary Student Project.

Keberhasilan ini sangat istimewa karena Fahma Waluya (12 tahun) dan adiknya Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001. Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti siswa-siswa elementary, middle dan high school, pemenangnya berasal dari siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school).

Aku sayang adikku, Hania, meskipun dia kadang-kadang rewel, terutama saat dia tidak ada kegiatan atau permainan. Dia sekarang sekolah di TK B Cendikia, Bandung. Dia senang memainkan ponsel, terutama punya Ibuku. Sejak di playgroup, dia senang belajar. Aku ditantang Ayahku untuk membuat aplikasi di hape Ibuku, agar adikku bisa bermain sambil belajar. Akhirnya, dibuatlah aplikasi untuk ponsel Ibuku (Nokia E71, sama dengan ponsel Ayahku) “Belajar Huruf, Angka, dan Warna”, lalu “EnglishForKids”, dan “Doa Anak Muslim”. Jadi, aplikasi Flash Lite di ponsel ini adalah untuk anak-anak belajar huruf, angka, warna, bahasa Inggris, dan doa-doa di ponsel. (Fahma Waluya Rosmansyah – Program Book INAICTA 2010)

Selain itu dukungan dan bimbingan kedua orangtua Fahma dan Hania yaitu pasangan Dr. Yusep Rosmansyah (Dosen & Peneliti di ITB) dan Yusi Elsiano (Praktisi Anak) turut memberikan andil yang sangat besar dalam mengembangkan kemampuan dan prestasi putra-putri mereka hingga berhasil meraih juara pada kompetisi ICT tingkat internasional ini. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai program game edukasi yang dikembangkan Fahma dan Hania, dapat diakses melalui situs www.perkembangananak.com yang dikelola oleh Yusi Elsiano, ibunda Fahma dan Hania. 


Nah, itulah potensi anak-anak indonesia, masih potensi anak indonesia yang lain yang belum diketahui oleh banyak orang...
Bagaimana ya.. dengan saya sebagai anak Indonesia dan anda???

sumber referensi :
http://www.nihdia.com dari http://www.apicta2010.com
http://www.tempointeraktif.com

Comments

Popular Posts