#ReviewBuku Trias Muslimatika – dr Davrina Rianda
Tujuan menyeimbangkan peran sebagai istri, ibu, dan muslimah produktif bukan untuk kesempurnaan, tetapi pembelajaran.
Trias Muslimatika di sini berarti menjadi Muslimah yang mempunyai peran ganda, menjadi ibu yang pintar, istri yang sholihah, dan Muslimah produktif untuk kebermafaatan di masyarakat. Kurasa laki-laki juga seperti itu, tapi entahlah, mungkin teman-teman yang yang menemukan pembahasan dari sisi-sisi laki-laki bisa sharing di sini. Buku ini bisa didapatkan di Gramedia atau online, bisa juga dibaca secara di daring di Gramedia Digital. Sebenarnya buku ini ditulis untuk para muslimah, tapi boleh juga dibaca laki-laki untuk menambah pemahaman.
Sesuai judulnya, buku ini dibagi menjadi tiga bagian pembahasan, pertama menceritakan tips dr. Davrina saat jadi mahasiswa, kedua saat menjadi istri yang menikah di usia lumayan muda, dan terakhir menjadi ibu muda. Semua penjelasannya disisipkan cerita yang asyik dan nyambung dengan pesan yang mau disampaikan, jadi tidak merasai digurui banget.
Pembahasan Bab pertama berkaitan dengan dr. Davrina yang mehasiswa sibuk pada jamannya di FKUI. Growth mindset, itulah istilah yang mengena banget buatku, mengajarkan bahwa diamonds are really made under pressure. Ketika kita mau melakukan sesuatu yang belum pernah dan kita yakin itu baik untuk kita, maka kita senang mengerjakannya
Aku sendiri membuat perumpamaan cerita versiku, versi dr. Davrina lebih panjang diceritakan di buku.
“Yaopo ini kodinge error?” Coba browsing him
“Gimana mas cara buat foto refleksi?” Coba buka YouTube deh
Pernahkah kamu mendapat sesuatu masalah yang tidak bisa kamu selesaikan? Dan kamu bertanya ke temen tapi jawabannya malah “coba Googling”
Menyebalkan banget ya.
Tapi jangan salah, itu bisa menjadikan kamu punya skill baru keluar dari zona nyaman lo.
Ya itulah namanya growth mindset, suka sesuatu hal baik baru. Dia berpikir jika melakukannya sesuai prosedur maka akan berhasil.
Selain growth mindset ada juga namanya resiliensi, kemampuan adaptasi yang ketika jatuh kita akan kembali ke bentuk yang lebih kuat. Berani gagal intinya, namun setelah gagal berani melakukan evaluasi dan berubah.
Menikah
Bab kedua membahas tentang menikah, ternyata mbak davrina ini dulunya suka pacaran, dan gonta ganti lagi, (agak kaget sih) karena yang dicari kesempurnaan, kenyamanan, kebaikan dan nggak mau menerima kesalahan. Dia feminis, menganggap wanita bisa berdiri sendiri, dan kalau menikah harus dapet yang lebih bagus darinya. Sampai suatu hari ia bertobat, putus dengan pecarnya dan mulai mendekatkan diri ke Allah. Hasilnya ia tidak lagi hanya mengandalkan logika, melainkan jua ridho orang tua dan Allah.
Salah satu prinsip menikah yang dijelaskan di buku ini adalah menyamakan visi, di sini D dr. Davrina menyebutnya sebagai family value. Bersama suaminya yang dulunya ketua BEM UI, dia berdiskusi. Karena mereka berlatar belakang suka organisasi diskusi visinya sangat detail, ya karena emang keluarga adalah organisasi terlama yang akan kita jalani bersama pasangan. Bagiku, sulit rupanya merancang visi hidup 5 tahun, 10 tahun, bahkan 20 tahun mendatang. Tapi itu baiknya memang didiskusikan dengan pasangan mulai dari awal.
Menikah juga tentang power couple, dr. Davrina banyak merekomendasikan buku yang juga menjadi referensinya, salah satunya buku “Why men dont listen and women Can’t read Maps”, dr. Davrina mengajak pembacanya untuk bisa berkomunikasi dan menghadapi suaminya dengan baik. Pahami bahagianya suami, sesimpel (tapi tidak mudah) pertanyaan “mau istri full di rumah atau kerja?”.
Selanjutnya bab menjadi ibu, dr. Davrina menyebutnya sebagai Young mom. Mungkin ini menjadi bagian yang baru bagi sebagian perempuan, atau mungkin sudah biasa, yaitu berhadapan dengan anak kecil. Bagiku salah satu cara terbaik untuk mengahadapi anak kecil adalah dengan menjadi seolah anak kecil, kita yang masuk ke dunianya, bukan mereka yang menuruti kita.
Salah satu bagian yang kusukai adalah cara mendidik anak agar pintar, tipsnya beliau, anak itu pintar karena dikasih makan, distimulasi, dan disayangi. Membesarkan anak itu long-Time project. Niatnya sama, target personal. Akhirnya semua tergantung orang tua, panjangkan niat hingga sampai ke Allah.
Goal parenting adalah paham bahwa anak itu dependen, pertumbuhan, perkembangan, bisa pake metode apapun asal targetnya jelas dan paham, yaitu agar anak sehat. Ini buku pas banget mama muda yang pengen tau gimana baiknya saat awal mula punya anak, mulai dari hamil, pilihan melahirkan, sampai ASI, berlanjut MPASI. Fokusnya pada prinsip, toolsnya bisa sembarang, di sini ditulis lengkap banget teorinya berdasarkan anjuran WHO lo.
Hal lain tentang parenting adalah pilihan untuk memakai jasa baby sitter atau tidak. Bahwa tidak salah kita membutuhkan bantuan orang lain untuk mengasuh anak, apalagi yang kedua orang tuanya pekerja. Bisa dengan nenek/kakek atau mbak pengasuh, yang terpenting adalah menyamakan frekuensi dan visi dalam parenting yang diinginkan oleh kedua orang tua.
Lalu bagaimana cara menjadi trias muslimatika yang baik?
Pertama menentukan niat, Dr davrina menyebutnya sebagai true calling, luruskan niat, jangan cuma bertindak tapi berharap ridho Allah. Setelah ketemu true callingmu maka saatnya menentukan toolsnya. Kita sering berkata bahwa tujuan hidup kita untuk memberikan manfaat kepada orang lain, tapi bagaimana caranya? Nah, itulah namanya tools, niatnya sama, caranya bisa banyak.
Setelah kuliah inginnya kita pasti tetep produktif, masalahnya aktivitas apa yang bisa menunjang produktivitas kita, itu pilihan kita sendiri. Jangan sampe kamu menjadikan produktivitas hanya sebagai ajang pelarian. Ini bagian yang kusuka, menikah jangan hanya untuk pelarian dari pacaran, melarikan diri dari sulitnya mencari pekerjaan dengan kuliah S2, melarikan diri dari risiko berbisnis dengan kerja di kantoran.
Pastinya kita punya banyak keinginan untuk mencapai ini itu, tapi juga bahwa semua itu tidak bisa dicapai dalam sekali waktu. Jadikan semua aktivitas produktivitas kita sebagai batu loncatan untuk mencapai true calling. Maka untuk bisa melihat dengan jelas apakah kegiatan itu bisa menunjang menuju true calling perlu dibuat pros dan cons, pro kontra di setiap pilihan. Gambarannya seperti di bawah ini.
Self management, waktu tidak bisa diubah, kita hanya bisa mengubah diri sendiri. Semakin banyaknya aktivitas dan tanggung jawab, semakin kita dituntut untuk mengatur diri kita dalam memanfaatkan waktu yang ada. Jangan membentur-benturkan tanggung jawab yang memang tidak berlawanan. Jangan jadikan aktivitas satu sebagai alasan untuk tidak melakukan aktifitas lainnya. Jangan jangan jadikan organisasi sebagai alasan menurunnya nilai akademik.
Terakhir, setelah melakukan banyak ikhtiar, jangan lupa untuk selalu bertawakkal kepada Allah dan syukuri yang sudah kamu dapat.
Comments
Post a Comment