Pengabdian itu Keren dan Berdampak - Bakti Sumbawa
Judulnya Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga, tapi kok bukan anak
kesehatan bisa ikut? Jadi apa? Memang agak aneh saat awal-awal diterima untuk
mengikuti program ini. Bagaimana tidak, semuanya relawannya berasal dari bidang
kesehatan. Tapi itulah arti mengambil peran, aku daftar bidang yang sering
dibutuhkan hampir di semua kegiatan, dokumentasi.
Berdampak
“Keren nggak cukup, yang lebih penting berdampak”, itulah salah satu quote
yang kudapatkan dari dr. Agus Harianto, direktur RSTKA. Sejenak aku berpikir,
iya benar banget, tujuan utama yang diharapkan dari pengabdian adalah dampak
yang luas terhadap masyarakat.
Aku rasa, pelayanan kesehatan merupakan salah kegiatan yang dampaknya
dengan mudah terlihat. Mereka bekerja menangani orang yang sakit, dan dampaknya
orang tersebut menjadi sehat. Sangat terlihat dan mudah dihitung. Beda dengan
sebuah pengabdian yang kegiatannya memberikan edukasi, pelatihan, atau
workshop. Misalnya pelatihan pengelolaan sampah, maka di situ dituntut untuk
memberikan edukasi dan pemahaman, dan itu membutuhkan waktu yang lama untuk
mengubah pola pikir. Artinya, dampaknya tidak bisa terlihat secara langsung.
Kapal RSTKA di antara kapal kargo |
Kami sampai di Sumbawa tanggal 18 Juli 2019 pukul 08.00, kapal bersandar di
Palabuhan Labuhan Badas Sumbawa Besar. Kegiatan di Sumbawa dilaksanakan mulai
tanggal 18-23 Juli 2019, lumayan lama.
Salah satu pelayanan yang ada di Sumbawa adalah operasi mata. Sebelumnya
pelayanan operasi gratis tersebut sudah diumumkan oleh dinas kesehatan
setempat, maka tidak heran warga yang mendaftar sangatlah banyak, 240 pasien,
sampai membuat tim dokter kewalahan.
Maka dari itu, tidak semua pasien bisa dioperasi, diprioritaskan kepada
yang paling membutuhkan dan urgent. Ada 25 pasien katarak dan 25 pasien
pterygium yang bisa dioperasi pada hari itu. Operasi berjalan mulai jam 1 siang
sampai 3 pagi di Rumah Sakit H.L Manambai Abdul Kadir Sumbawa . Sungguh sangat melelahkan.
Operasi tidak bisa dilakukan di kapal, karena operasi mata membutuhkan tempat yang stabil |
Begitulah perjuangan para dokter kalau sudah ada di jalur pengabdian, harus
siap sedia, dan itu tidak dibayar, kecuali akomodasi dan konsumsi. Tapi ada
yang lebih berharga daripada uang, kesembuhan dan kebahagiaan para pasien. Itu
soal keikhlasan, butuh latihan dan niat yang tulus, tidak cukup jika hanya
dibicarakan.
Keren
Kegiatan yang berdampak baik pastinya keren, di mata orang yang benar-benar
peduli dan paham akan bidangnya. Sebagai contoh, seorang guru yang mengajar di
pemukiman pemulung dengan tanpa dipungut biaya. Itu kegiatan yang berdampak
baik, mengurangi angka putus sekolah pada anak-anak pemulung. Dan tentunya
keren di mata para guru.
Rumah Sakit Terapung ini juga keren banget, terhitung 17 bayi telah
terlahir dan ribuan operasi yang berhasil dilakukan di rumah sakit ini. Terbaru telah terlaksana operasi Caesar di Lombok
Timur yang saat itu aku mengikuti prosesnya secara langsung sampai tangisan
bayi keluar. Dan telah banyak operasi yang berhasil dilakukan di kapal ini. Dan
semua pelayanan itu tidak dipungut biaya, alias gratis. Dan kegiatan ini juga
sudah pernah diangkat media nasional, Hitam Putih Trans7, bisa dilihat di
Youtube deh. Pastinya itu keren banget.
Pelayanan poli gigi di Pelabuhan Labuhan Badas |
Kegiatan yang dilakukan dengan gratis pasti membutuhkan dana yang tidak
sedikit, karena bisa dilihat bahwa mereka tidak mendapatkan pemasukan dari para
pasiennya. Maka, untuk menutupi kebutuhan itu semua, mau nggak mau kita butuh
dana donasi. Mau ndak mau kita tetap bergantung kepada donator, itu realistis.
Buat kamu yang pengen berdonasi untuk Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga bisa klik di sini
kamu bisa donasi di situ |
Lalu, bagaimana agar bisa mendapatkan dana dari para donator? Maka, suatu
kegiatan haruslah keren, atau paling tidak kelihatan keren. Di sini kiasannya menjadi
terbalik, berdampak itu harus, tapi keren itu penting. Di situlah aku bekerja,
membuat sebuah kegiatan kelihatan keren dengan dokumentasi yang keren pula.
Dalam suatu obrolan dengan dr. Agus beliau berkata, “Kegiatan semacam ini
sayang banget kalau tidak didokumentasikan dengan baik. Bukan untuk pamer/riya,
melainkan agar public tau kalau ada program semacam ini”.
Memang benar, bagaimana seorang donator mau memberikan donasi ya dengan
melihat bagaimana program itu telah dijalankan. Ukurannya pasti keren dan tidak
keren. Seperti halnya kita mengajukan proposal sponsorship lah, paling tidak
kelihatan keren sampulnya, baru isinya. Maka dari itu, suatu kegiatan paling
tidak kelihatan keren aftermovie-nya, baru kenyataannya. Ini untuk ukuran
marketing ya… realistis.
Selain dokter, RST juga diikuti oleh mahasiswa, salah satunya mahasiswa FKM yang bertugas memberikan penyuluhan kesehatan |
Selain melaksanakan pelayanan kesehatan, kami juga mengadakan workshop
pengelolaan sampah. Acara ini sudah direncanakan sejak lama, maka dari itu
undangan yang hadir pun juga banyak. Mulai dari bupati dan jajarannya sampai
kepala desa. Baru kali ini ikut acara yang diselenggarakan bupati, di Ponorogo
aja aku belum pernah.
bersama anak-anak SMP Labuhan Badas |
Dalam sambutannya, Pak Bupati Sumbawa menyampaikan bahwa memang yang tersulit dari penanganan sampah adalah membentuk kesadaran. Karena pada dasarnya kita sudah tau bahaya dan pentingnya pengelolaan sampah, tinggal melakukannya saja. Maka pada pelaksanaannya, RST tidak hanya memberikan materi berupa omongan tapi juga praktek langsung. Pada kesempatan itu, dipraktekkan cara pembuatan biopori, pembuatan kerajinan dari plastik bekas dan demo alat pirolisis. Harapannya acara tersebut memberi dampak untuk kemajuan pengelolaan sampah di Sumbawa.
Selain di Sumbawa, kita juga berkunjung ke Pulau Moyo. Salah satu pulau
yang pernah dikunjungi Pangeran Charles dan Lady Diana. Akan berlanjut ke
cerita selanjutnya
Happy trip again
Comments
Post a Comment