Mengabdi dan Mengarungi Laut - Bakti Lombok Timur
Dulu saat masih maba pernah punya cita-cita untuk bisa pergi ke luar negeri
atau berkeliling Indonesia sebelum wisuda. Cita-cita itu sebenernya tidak
tertuliskan. Banyak program yang coba aku ikuti, ada yang berhasil pada tahap
1, ada yang hilang semangat sebelum mendaftar.
Kita berencana, Allah yang menentukan. Akhirnya terwujudlah cita-cita itu
melalui program pengabdian bersama Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga
(RSTKA). Awalnya aku tidak tahu sama sekali pendaftaran pengabdian tersebut,
sebelum akhirnya diberi informasi pendaftaran volunteer untuk ikut mengabdi di
NTB dan NTT.
Awal-awal agak ragu untuk ikut program ini, karena pelaksanaannya lumayan
lama, “10 Juli – 3 Agustus 2019 mas”, begitulah penawaran pertama saat tahap
wawancara oleh panitia. Dengan pertimbangan untuk menambah pengalaman aku
memberanikan diri untuk menjeda pengerjaan skripsi lagi. Aduh..
Briefing pertama dilaksanakan pada 5 Juli di Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Briefing dimulai, diri ini sempat kaget dan grogi
setelah hampir semua peserta yang hadir merupakan dokter, atau minimal berlatar
belakang kesehatan. Sementara aku orang IT, ya ndak papa lah, memang aku
mendaftar sebagai volunteer bagian dokumentasi.
Mulai Naik Kapal
Jadwal keberangkatan kali ini banyak berubah, karena memang kapal bisa
berangkat dengan banyak pertimbangan, mulai dari cuaca sampai perijinan dari
Syah Bandar. Akhirnya kapal berangkat pada 14 Juli 2019 dari Kalimas Surabaya.
Sangat seneng sekali karena perjalanan dimulai pada pagi hari, otomatis kita
para peserta yang ikut berangkat dengan kapal bisa melihat sunrise dari atas laut.
Dan lebih kerennya lagi kapal berlayar melewati Jembatan Suramadu. Sebanyak 10
volunteer 1 kapten dan 6 ABK berfoto sebelum berangkat berlayar. Kita berdoa dan
bersemangat.
Kami berfoto dengan latar belakang laut, Jembatan Suramadu, dan sunrise.
Sarapan dengan harapan mengisi perut dan mencegah masuk angin walaupun hanya
dengan semangkok mie instan. Beberapa saat aku PD tak akan masuk angin, tapi
ternyata salah besar. Beberapa menit setelah makan mie, mabuk laut langsung
melanda.
Dua hari di laut
Waktu-waktu di kapal hanya diisi dengan tidur. Beberapa kali sholat, ke
kamar mandi, dan makan sebagai energy untuk tidur kembali. Hari pertama pelayaran makan seakan sia-sia, karena akan keluar(muntah) beberapa saat setelahnya. Sungguh sangat
membosankan. Bagaimana tidak, sepanjang mata memandang hanya air yang seakan
tidak ada batasnya.
Kapal RSTKA ini berjenis kapal pinisi yang terbuat dari kayu berukuran
sekitar 17x7 meter. Maka dalam pelayarannya kapal ini sensitif terhadap ombak.
Maka, meskipun dalam keadaan tidur kami tetap bisa merasakan goncangannya.
Sebuah pengalaman layaknya naik wahana kora-kora dengan tempo yang bervariasi.
kebahagiaan saat sampai di Lombok Timur |
Singkat cerita, kami tiba di Lombok Timur pada 15 Juli 2019 sekitar pukul 5
sore. Mabuk luat sudah berkurang dan kami menikmati sunset dengan latar
belakang Gunung Rinjani. Untuk berlayar kita harus menunggu arahan Syah Bandar
esok paginya.
Hari-hari di Lombok Timur
Paginya pada hari Selasa, 16 Juli 2019 kami langsung bergabung dengan tim
dokter dan relawan lainnya yang sudah sampai di Lombok Timur terlebih dahulu,
ya beberapa relawan naik pesawat. Kapal bersandar di Labuhan Haji Lombok Timur.
Dua hari terkena ombak laut, saat kami di darat seperti masih
melayang-melayang.
kapal bersandar di Labuhan Haji, Lombok Timur |
Pukul 06.00 kami membantu membersihkan ruang operasi di kapal dan
mengangkat obat-obatan untuk digunakan pelayanan kesehatan di pelabuhan. Pukul
08.00 aku berangkat ke SDN 1 Jerowaru Lombok Timur untuk bergabung dengan tim
penyuluhan kesehatan.
Antusiasme anak-anak saat penyuluhan |
Tim penyuluhan kesehatan berasal dari mahasiswa Kesehatan Masyarakat
memberikan materi PHBS. Ternyata materinya tak jauh beda dengan saat aku KKN
dulu. Anak-anak di sini bisa dibilang belum banyak terpapar gadget. Maka saat
dibukain Youtube mereka sangat kagum.
Selesai dari SDN 1 Jerowaru aku kembali lagi ke Labuhan Haji untuk
mendokumentasikan kegiatan yang ada di pelabuhan. Ya begitulah sie dokumentasi,
harus siap sedia di berbagai tempat.
Pertama Kali Masuk OK
Di labuhan Haji terdapat pelayanan poli umum, bedah, dan beberapa operasi.
Antusias masyarakat sangatlah tinggi hingga tim merasakan kewalahan. Pelayanan
poli pada hari itu ditutup pada pukul 7 malam.
Yang menarik dari hari itu adalah aku disuruh untuk bisa mendokumentasikan
proses operasi di ruang OK di kapal. Kebetulan saat itu akan dilakukan operasi
Caesar, operasi yang menarik kata dr. Atiya, karena “Masuk satu keluar dua”.
Sebelum masuk OK aku harus mematuhi semua peraturan yang ada, salah satunya
memakai baju steril, dan ini juga pertama kalinya.
melihat operasi caesar |
Sebuah pengalaman menakjubkan bisa melihat perut ibu diiris sedang masih
sadar, dokter berjuang menekan perut, bayi bisa ditarik keluar, dan dengan senangnya
mendengar tangisan pertama bayi yang keluar dari perut ibunya.
Maksud hati ingin bisa mendokumentasikan momen indah ini seperti Birth
Photography keren, tapi keadaan tidak mendukung. Karena masih canggung melihat
kondisi pasien yang dioperasi ditambah pusing dan sedikit tidak tega. Operasi
berjalan tidak terlalu lama, sekitar 2 jam si ibu sudah diperbolehkan keluar
dari ruangan OK.
Hari ini ditutup dengan evaluasi kegiatan yang bersih-bersih tempat
pelayanan. Sekitar jam 12 malam akhirnya bisa tidur kembali di kapal.
Bonus Pengabdian
Aku akui, program pengabdian kali ini merupakan pengabdian dengan modal
besar dengan kegiatan yang sudah terstruktur. Maka dalam pelaksanaannya,
relawan dituntut untuk totalitas dalam pengerjaan tanggung jawabnya. Walaupun
lelah, semua seakan sudah ada imbalannya, walaupun bukan itu tujuannya, mulai
dari makan, akomodasi, dan jalan-jalan.
Pantai Kuta Mandalika, Lombok |
Hari kedua di Lombok, Rabu, 17 Juli 2019, kita mengunjungi Pantai Kuta
Mandalika siang hari sampai sore. Kemudian berlanjut makan malam terakhir di
Ayam Taliwang Udin, yang katanya terkenal enaknya.
Tim Bakti Lombok Timur |
Selesai makan, langsung kita kembali ke kapal dan bersiap untuk berlayar ke
Sumbawa bersama relawan dokter lainnya. Perjalanan dimulai pukul 12 malam dan
membutuhkan waktu sekitar 10 jam.
Happy trip again…
Comments
Post a Comment