Kebenaran Dua Sisi


UNAIR itu kampusnya gersang, panas, nggak ada pohon.
UNAIR itu suasananya sejuk, banyak tumbuhan.
Kedua pernyataan itu benar, tinggal dari mana kita melihatnya. Yang pertama keadaan di siang hari dilihat dari tengah jalan, kedua keadaan pagi hari dilihat dari danaunya. –Semoga bener penggambarannya.
Beberapa hari yang lalu muncul sebuah tagar #JusticeForAudrey di media sosial, baru beberapa jam muncul langsung menjadi trending di Twitter. Bahkan sampai ada petisi, dan aku ikut menandatangani petisi itu. Banyak netizen, pengacara, bahkan sampai artis ibukota yang speak up. Dan pagi ini kutemukan tagar yang lain, #audreyjugabersalah, isinya adalah opini atau fakta yang berbeda dari tagar sebelumnya. Oke keduanya masih menjadi opini, belum menjadi fakta.
Lalu, apakah rakyat Indonesia sudah terbohongi seperti kasus Ratna Sarumpaet? Apakah para netizen sudah terkena prank dari anak SMP melebihi pranknya Atta Halilintar?
Aku jadi teringat ucapan dari Tuan Guru Bajang, beliau menyampaikan ayat 36 dari Surat Al-Isra’, terjemahan lengkap ayatnya sebagai berikut, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.
Ayat tersebut disampaikan beliau untuk menanggapi sikapnya untuk mendukung Jokowi di kontentasi pemilu tahun ini. Dalam pertanyaannya beliau ditanya, mengapa beliau gencar membela Jokowi, sementara kebanyakan ulama lain lebih memilih Prabowo. Bahwasannya apa yang disampaikan TGB tentang kebaikan Jokowi adalah kejadian yang pernah beliau lihat secara langsung, bukan dari omongan orang. “Pak Jokowi selama kunjungan kerja di Lombok selalu menjaga ibadahnya”. Kira-kira begitulah kutipan ucapannya. Video lengkapnya berjudul Alasan TGB Gencar Bela Jokowi bisa lihat di Youtube.

Kembali ke kasus Audrey. Bahwa pada saat menjadi trending tersebut belum disampaikan informasi resmi yang disampaikan kepolisian terkait kasus kekerasan yang diduga menimpa Audrey. Informasi yang beredar hanya berasal dari postingan dari medsos yang disebarkan secara beruntun.
Aku sendiri pun mendapat informasi itu dari story teman, bukan dari postingan kepolisian. This is the power of social media. Tapi aku tidak lantas membuat story atau post mengenai kasus tersebut, kecuali artikel ini.
Banyak video esai di Youtube yang membahas mengapa kita mudah percaya berita hoax. Salah satunya karena berita hoax itu biasanya menarik. Kebohongan itu sifatnya sederhana, sementara kebenaran sifatnya rumit. Kita sadari bahwa kesederhanaan itulah yang menjadikan sebuah berita hoax mudah dipahami dan gampang disebarkan. Dan lagi, kebenaran itu terbatas, dan kebohongan itu tidak terbatas. Pembahasan ini disampaikan dalam video berjudul “Kenapa kita gampang dibohongin politisi?" - On Firehose of Falsehood.
Kita bisa melihat bahwa rakyat Indonesia mudah sekali untuk menyebarkan informasi yang itu belum tentu fakta. Memang benar bahwa suatu peristiwa akan segera diselediki bila itu menjadi viral, dan viral tersebut merupakan hasil dari aktivitas sharing tersebut. Di sini netizen bisa dibilang membantu pengusutan suatu peristiwa.
Dalam hastag #Audreyjugabersalah dijelaskan bahwa perilaku bar-bar dari perilaku pasti ada penyebabnya. Bisa dikatakan tidak mungkin Audrey tidak melakukan sesuatu sebelumnya sehingga memunculkan kemarahan dari pelaku. Perbuatan pelaku melakukan kekerasan dan perundungan kepada korban sangatlah tidak dibenarkan. Tapi membully habis-habisan para pelaku di media sosial juga bukan perbuatan yang tidak terpuji. “Pelaku sudah pasti bersalah tetapi korban belum tentu benar”. Informasi terbaru dari kepolisian setempat, tidak ada luka serius yang ditemukan di tubuh Audrey. Terlepas dari komen netizen, “Ah polisinya dibayar tuh, malah memutar balikkan fakta”.
Intinya, kita tidak usah terlalu belebihan terhadap apa-apa yang ada di media sosial. Baca secara seksama, selidiki, dan baru sebarkan. Dawuh Gus Mus, “Jangan benci, cinta, dukung berlebih-lebihan terhadap sesuatu”. Dawuh itu bisa diaplikasikan ke banyak hal, mulai dari pilihan politik sampai kasus Audrey.
Maka dari itu, sampaikan sesuatu yang itu benar-benar kita telah mengetahuinya, dan itu telah menjadi fakta, bukan berita simpang siur.
Aku mendukung untuk pengusutan tuntas kasus Audrey ditambah dengan pendidikan akhlak oleh orang tua kepada anak-anaknya, guru kepada muridnya, dan peran pemerintah di dalamnya, terlebih saat bermain media sosial. Karena saat ini dunia ada dua, dunia nyata dan dunia maya (media sosial). Perlu sikap yang bijak untuk menghadapi keduanya.
Semoga artikel ini bukan panjat sosial, semoga kita bisa menjadi netizen yang bijak.
Terima kasih, semoga bermanfaat.
Artikel di atas merupakan opiniku, responku, tanggapanku dari konten
#JusticeForAudrey #Audreyjugabersalah
-->

Comments

Popular Posts