Inspirasi Teman
Sekali lagi kukatakan, teman adalah
investasi terbaik.
Setiap kali aku pulang kampung dari
Surabaya, aku selalu menyempatkan untuk bertemu dengan teman sekolah saat di
Ponorogo. Terutama teman MTs, karena waktu SMA aku sekolah di Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang. Lalu apa yang dibahas dalam pertemuan itu? Yang paling umum
adalah gimana kabar Ponorogo, kemudian dibandingkan dengan Kota Surabaya?
Inspirasi tidak melulu datang dari orang
besar, artis, influencer yang ada di Ibukota. Bahkan teman terdekatmu bisa
menjadi sumber inspirasimu jika kamu mampu mengelolanya dengan bijak.
Hari itu, kami menyusun jadwal untuk meet
up di Café Sor Sawo dengan teman lama yang telah tiga tahun tidak pulang karena
bekerja di Jepang. Kami merupakan grup band ter ter pada masanya. Hari itu kami
akan sedikit nostalgia dan sharing pengalaman kehidupan.
Namanya Mohammad Solekhan, singkat cerita
ia dulu adalah ketua kelas saat kelas IX A, lanjut di SMA PGRI, lulus langsung
kerja di perusahaan Jepang. Dilihat dari profilnya, dia memang bukan berasal
dari keluarga yang kaya, maka saat dia juga diterima di enam perusahaan di
Indonesia, sang orang tua menyuruhnya untuk memilih perusahaan dari luar negeri
saja. “Lungo sing adoh ae, ngentek-ngenteki beras lak ning omah”, katanya saat
menyampaikan pesan dari orang tuanya.
Dari pengalamannya, bekerja di Jepang
sangatlah enak dari segi ekonomi, kesehatan, makanan, dan ibadah pun juga
memadai. Kekurangannya, di Jepang orang bekerja layaknya robot, pagi berangkat,
malam pulang, begitulah siklus kehidupan. Maka kebahagiaan yang hakiki sulit
ditemukan di sana.
Tak heran orang Jepang lebih memilih robot
sex daripada menikah dan punya anak yang akan menyusahkan kehidupannya. Dan
mereka memilih bunuh diri karena terlalu bosan dengan hidupnya. Maka dari itu,
bersyukurlah kalian yang tinggal di Indonesia.
Dan kontrak tiga tahunnya selesai pada
bulan maret 2019, dan kembalilah ia ke Indonesia. Tiga tahun di Jepang ia mampu
membeli tanah senilai 40 jutaan. Sebuah hasil yang bisa membuat orang tua bangga.
Kedua, namanya Moh. Darun Na’im, vokalis
grup band kita dulu. Profil pendidikannya sama dengan Solekhan bedanya ia tidak
bekerja ke Jepang tapi melanjutkan kuliah di Ponorogo. Yang spesial adalah ia
mampu membiayai kuliahnya dengan keringat sendiri.
Ia berjualan roti bakar, yang di Ponorogo
bisa mampir di perempatan Pasar Legi sebelah Pos Polisi. Selain itu dia juga
menerima jasa pembuatan desain 3D/2D untuk tugas kuliah. Ini keren sih, bisa
kerja plus kuliah.
Terakhir, namanya Qoyyumudin sang desainer
body bus. Bakatnya sudah kelihatan saat aku kenal di MTs dulu, bahkan dulu aku
sempat dibantu install software editor video olehnya. Maka, sampai saat ini dia
masih tekun dengan hobinya tapi dengan skala yang lebih besar, bukan hanya
coba-coba editing.
“Satu desain body bus ukuran besar bisa
dihargai 2-3 juta”, katanya. Angka lumayan untuk pemuda seumuranku.
Kebanggaan di atas terlihat memang hanya
masalah uang, kamu bisa menghasilkan uang, kamu bisa membanggakan orang tua,
atau setidaknya meringankan beban orang tua.
“Tapi, ilmu kan lebih berharga daripada
uang”, bantahku. Itu mungkin sekali.
Dan setelah pertemuan itu, rasanya pengen
deh, kita-kita ini bisa kolaborasi dan membuat suatu project yang bisa
bermanfaat untuk masyarakat. Mungkin itulah sebagian kecil tugas mahasiswa,
tapi masih di benak aja sih.
Tetapi hal yang menarik bukan seberapa
banyak uang yang kamu hasilkan. Tetapi seberapa besar kamu mampu bersyukur
dengan apa yang kamu dapatkan itu.
Inspirasi bukan hanya dari kopi |
Aku terispirasi dengan mereka yang mampu mencari uang dari hasil keringat sendiri dan bisa sedikit meringankan beban orang tua, sementara aku masih mengadalkan orang tua untuk membiayai biaya kuliahku.
Tapi, aku bersyukur bisa kuliah dengan
mudah tanpa harus bersusah payah nanti bayar pake apa. Dan semoga ilmuku yang
bermanfaat nanti mampu membanggakan kedua orang tuaku.
Inspirasi bisa datang dari mana saja, maka
kali ini aku memilih teman sebagai inspirasiku untuk melakukan suatu hal yang
kreatif bernama bersyukur kepada-Mu. Alhamdulillah
Comments
Post a Comment