Kamu Memberi, Kamu Diberi

-->

Semakin banyak memberi, semakin banyak kamu diberi
Ini sejalan dengan firman Allah lainsakartum laazidannakum, diartikan bahwa memberi itu sebagai cara kita bersyukur kepada Allah, maka Allah akan menambah nikmat kepada kita.
Belum lama ini, aku barusan tertimpa musibah kecelakaan sepeda motor. Banyak hal-hal baru yang kurasakan setelah terjadinya kecelakaan ini. waktu jam 20.00 WIB aku pulang dari makan malam dan tiba-tiba saat tersadar saya sudah terduduk di tepi jalan dengan darah yang mengucur dari mulut. Seketika itu aku tidak mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
Seketika teman yang kubonceng berkabar di grup. Setelah itu aku dibawa ke rumah sakit oleh temanku, Alvin, ke IGD rumah sakit Universitas Airlangga. Pengalaman pertama masuk IGD, luka-luka, dan berdarah. Selanjutnya dilakukan CT-Scan terhadap kepada dan gigiku, pengalaman pertama juga nih nyobain peralatan canggih kedokteran. Selesai pertolongan pertama dilanjutkan jahit luka dagu dan bibir. Dan malam itu juga, pukul 02.00 aku diperbolehkan pulang tanpa harus rawat inap.
Selanjutnya aku diberi tumpangan perawatan di kos sekaligus dirawat oleh Mas Akim selama sekitar 5 hari. Selama itu pula banyak teman-teman yang berkunjung ke kos sederhana itu dengan membawakan jajanan yang bermacam-macam, dan sayangnya aku belum bisa makan dengan leluasa saat itu karena ada jahitan di bibir. Mulai dari teman organisasi SKI, teman sejurusan, teman pondok, dll. Sebuah kepedulian yang menjadikan kebahagiaan tersendiri untukku.
udah kaya mau ceramah aja ya..

Kebahagiaan tersebut bukan berasal dari seberapa banyak yang dibawakan, tetapi terhadap belas kasihan Allah yang dihadirkanNya melalui teman-temanku. Tanpa disuruh mereka datang membawa energi positif untuk kesembuhanku. Sebuah candaan yang menghadirkan senyum di bibirku yang masih bengkak.
Cerita di atas merupakan sedikit makna syukur kepada Allah. Aku yakin pemberian tersebut merupakan kasih sayang Allah terhadap hambaNya walaupun akupun sendiri sulit untuk bersyukur, tapi masih sering untuk bersyukur.
Aku tipe orang yang mudah banget untuk memberi, apalagi masalah uang dan makan –semoga gak menjadi sombong-. Aku yakin bahwa semua kemurahan itu akan dibalas Allah dengan bermacam-macam cara. Bukan hanya melalui pemberian uang langsung, melainkan salah satunya dengan cara pemberian seperti cerita di atas.
Gambar di atas adalah aku dengan laptop Mac keren itu.
Mac itu bukanlah berasal dari aku minta orang tua apalagi beli sendiri. Itu merupakan pemberian cuma-cuma dari Omku –adik dari bapakku. Pamanku sangat sering memberikan sesuatu khususnya kepadaku. Saat di Surabaya sering diajak ke mall untuk shopping.
Aku yakin itu dilakukan beliau sebagai rasa syukurnya atas kemudahan yang dirasakannya sekarang. Bahwa Allah telah memberikan nikmat yang berlimpah melalui perantara orang-orang di sekitarnya, misalnya bapakku dulunya juga membantu kuliahnya. Maka dari itu, pamanku ini bersyukur dengan cara memberikan mac itu untukku, keponakannya.
Mas Akim yang di tengah pake toga diarak pake segitu banyak adik-adiknya

Aku juga merasakan sendiri sebuah hal yang menarik dari katingku, Mas Akim. Bagaimana beliau sering menawarkan pertolongan kepada siapapun yang di sekitarnya. Sering bagi-bagi makan untuk teman-teman kosnya. Dan kepedulian lainnya kepada orang lain. Saat wisuda beliau diarak dengan tabuhan banjari oleh adik-adik tingkatnya tanpa beliau minta. Aku yakin semua itu berkat kasih sayang dan kepeduliannya kepada sekitar. Sehingga Allah membalasnya denga sebuah hal yang menurutku saat itu mampu membuatnya bahagia dan terharu.

Memberi bukan sekedar kebiasaan baik, lebih dari itu merupakan rumusan yang menakjubkan. Kita pasti sering mendengar tentang manfaat dari shodaqoh, yang terpenting adalah shodaqoh tidak akan membuat harta kita berkurang, melainkan semakin bertambahlah keberkahan dan rezeki nya.
Maka kebiasaan itu jika sering dilakukan akan menjadi ketengan mata batin di setiap tindakan yang kita lakukan. Jika itu sudah dirasakan seseorang dlm bertindak, Insyaallah akhlak itu bukan hanya di lisan, tangan, tapi sudah masuk ke فى الذوع ( rasa/hati). Jika sudah begitu, akhlak bukan momentual atau tebang pilih kepada siapa kita berakhlak. Tapi sudah menjadi رسخة (akar) yang mengakar pada diri kita. –by mas Akim
Jadikan shodaqohmu sebagai untuk kebahagiaan orang lain, maka dari itu kau akan dibahagiakanNya juga.

Comments

Popular Posts