UNAIR Bersholawat, untuk Indonesia Adil dan Beradab

Mungkin acara ini bisa dijadikan implementasi motto Universitas Airlangga, Excellence with Morality. Acara yang mengingatkanku pada suasana saat masih mondok di Tebuireng dulu. Di mana semua orang, mulai dari Rektor, mahasiswa, sampai masyarakat sekitar bareng-bareng bersholawat. Di peringatan ulang tahunnya yang ke-62, Universitas Airlangga mengadakan pembukaan Dies Natalis dengan cara yang berbeda dari tahun sebelumnya. Yang pertama yaitu khataman Al-Qur’an bersama mahasiswa penghafal Al-Qur’an yang sedang kuliah di Universitas. Suatu kebanggaan bisa menghafalkan Al-Qur’an, ada yang 5 juz, 10 juz, bahkan 30 juz. Maka tak heran, Pak Rektor bersama civitas akademika lainnya untuk mengusulkan pemberian beasiswa kepada para hafidz tersebut. Subhanallah.




Kembali ke acara UNAIR bersholawat bersama Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf. Acara yang dilaksanakan tanggal 5 November 2016 ini mengundang beberapa orang penting di Indonesia. Di antaranya, Gus Ipul Gubernur Jawa Timur, Dahlan Iskan Mantan Menteri BUMN, dan Moh. Nuh Mantan Menteri Pendidikan. Dan alhamdulillah, aku bisa menjadi panitia jadi bisa melihat beliau-beliau dari dekat walaupun belum bisa bersalaman.
Para syekher mania yang memadati Kampus C Universitas Airlangga


Seperti acara sholawatan pada umumnya, para Syekher pasti mendominasi pada acara tersebut walaupun kedatangan mereka tanpa diundang. Acara yang dimulai pukul 20:00 WIB ini dibuka dengan tilawah oleh Ahmad Fauzi dan Muhammad Faiz sebagai kafilah MTQM UNAIR tahun 2015. Kemudian acara langsung diambil alih oleh Habib Syekh seperti biasanya. Disela-sela sholawat diisi dengan sambutan para tamu, pertama oleh Bapak Hadi Subhan selaku Direktur Kemahasiswaan Universitas Airlangga. Di situ Habib Syekh memberikan candaan bahwa beliau ingin memiliki songkok yang dipakai oleh Pak Hadi karena bentuknya unik. Sambutan kedua oleh Prof. Nasih, beliau menjelaskan tentang peringatan ulang tahun UNAIR yang ke-62 ini, dan dilanjutkan sambutan Pak Dahlan Iskan. Setelah sambutan sholawat dilantunkan kembali bersama para jamaah yang membuat malam hari di UNAIR berbeda dengan malam-malam lainnya. Menyejukkan.
Pak Nuh menyampaikan tausiyahnya

Tausiyah disampaikan oleh Bapak Moh. Nuh. Sebagai awalan beliau menyampaikan apa-apa yang terjadi di bulan ini. Beliau menyinggung tentang Pak Dahlan Iskan yang tiba-tiba masuk penjara juga aksi 4 November. “Aksi 4 November itu masih sebagai awalan, kalua diibaratkan sholat masih rokaat pertama, belum lanjut ke rokaat kedua.” Orang yang biasa demo dan berdemo itu biasa, tapi Kyai yang biasanya ngaji dan ikut berdemo itu baru luar biasa. Menurut beliau, aksi ini terjadi karena hokum tidak diputuskan dengan bijaksana, sehingga menimbulkan masalah yang berlarut-larut.
Beliau berpesan, kita membela Islam bukan karena Islam agama yang lemah dan perlu dibela, Allah tidak selemah itu. Tetapi kita membela Islam karena kita cinta banget terhadap Islam. Sebagai perumpaan, kita mempunyai orang tua yang baik, mencari nafkah dengan cara yang halal. Lantas ada seseorang yang berkata bahwa orang tua kita adalah pencuri yang mencari uang dengan cara yang haram. Sebagai anaknya pasti kita tidak akan menerima, pasti kita akan menyangkal pernyataan tersebut dan membela orang tua kita, dan pastinya kita akan marah. Itu analogi yang mudah dipahami. Maka Pak Nuh berkata, jangan macam-macam dengan umat Islam, karena kita bisa syekher mania pun bisa ikut dalam aksi tersebut, dan akan membela kebenaran jika diperlukan. Jika hukum masih tumpul ke atas dan runcing ke bawah.
Suasana acara dari lantai 5 Gedung Rektorat

Sebelum tausiyah usai, Gus Ipul hadir bersama rombongan. Sepertinya Habib Syekh sudah paham dengan sholawat favorit Gus Ipul. Sempat menolak untuk melantukan karena sudah dilantukan di awal acara, namun akhirnya Habib Syekh kembali melantukan sholawat Turi Putih. Gus Ipul berkata apa yang menyebabkan beliau suka, karena syi’ir tersebut menceritakan tentang kematian.


Terakhir Habib Syekh bersama para hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai lagu persatuan. Karena dalam sholawatnya Habib Syekh menyisipkan kata-kata, “terimalah semboyan kami, NKRI harga mati”. Semoga dengan diadakannya acara tersebut mampu menjadikan Indonesia lebih adil dan beradab sesuai tema yang diambil pada peringatan ulang tahun Universitas Airlangga yang ke-62 ini. Aamiin.



(rhm)

Comments

Popular Posts