Sinetron GGS -Ganteng sih, tapi Serigala lho.,
Apa yang
ada di benak teman-teman ketika mendengar kata GGS? Apakah silumannya,
romantisnya, atau artisnya yang kece-kece. Ya, sinetron yang ditampilkan di
SCTV ini sudah lama menghiasi layar TV Indonesia setiap malam hari sejak bulan
April 2014. Sinetron ini banyak mendapat kecaman dari masyarakat Indonesia yang
tidak setuju dengan para remaja yang masih mengenakan seragam sekolah kemudian
berpelukan di area sekolah. Tapi anehnya, walaupun banyak mendapat kecaman,
sinetron ini selalu mendapat rating tertinggi. Selain sinetron Ganteng-ganteng
Serigala ini, muncul sinetron yang baru dengan genre sama yaitu Manusia
Harimau. Tampaknya Dunia Pertelevisian Indonesia sudah tersihir oleh
sinetron-sinetron yang berbau siluman.
Terinspirasi Film
Twilight
Bisa
dibilang GGS ini mencontek film Twilight yang diangkat dari novel karya Stepahnie Mayer, bisa dilihat dari tokoh vampire dan serigala.
Kesamaannya bisa kalian temukan di beberapa scene, Pertama si Tristan
(Kevin Julio) gak bisa baca pikiran perempuan idamannya sama kaya si Edward Cullen
gak bisa baca pikiran Bella. Walaupun begitu, sinetron GGS tidak semuanya
menjiplak dari film Hollywood yang telah sukses.
Kalau dibandingkan,
GGS ini punya Special Effect hamper setara dengan film produksi
Hollywood (tapi masih kalah dengan Special Effect yang dihadirkan Twilight).
GGS ini beneran menghadirkan sesuatu yang baru dalam dunia per-sinetronan
Indonesia.
Tampilan dan Tema yang beda
Ganteng dan cantik, itulah tampilan baru yang dihadirkan
sinetron GGS dan sinetron sebelumnya yang juga pernah laris yaitu “Cinta
Cenat-cenut”. Ini adalah rumus yang paling tepat untuk menjadikan sinetron
laris, apalagi untuk kalangan remaja. Cewek mana yang tidak suka melihat cowok
ganteng, dan sebaliknya. Selain itu GGS juga mengangkat tema kehidupan anak
sekolah yang masih berseragam yang membuatnya semakin diminati oleh kalangan
muda Indonesia. Mungkin sebagian peggemar suka dengan sinetron ini bukan karena kontennya bagus. Tapi, gara-gara
sinetron ini, paradigmanya langsung berubah, suka program TV karena
pemainnya/pengisi acaranya. Nah lho.. Jadi, karena hanya suka sama pemainnya,
mereka jadi tidak kritis dengan apa yang ditayangkan. Selain karena mengubah
paradigma tentang tayangan TV kesukaan, sinetron ini juga menciptakan istilah
dan gaya alay baru misalnya : “OMG.. Hello…” Plus, adegan romantis antar pemain
dalam sinetron tersebut (yang kalau katanya infotaiment cinta lokasi).
Sinetron GGS dan Manusia Harimau merupakan sinetron yang diambil
dari cerita lama yang diangkat dengan gaya yang baru. Manusia Harimau merupakan
legenda yang berasal dari Sumatera, Indonesia merupakan Negara yang mempunyai
sejarah yang beragam, antara manusia siluman seperti Buaya Putih, Siluman Ular
dan lain lain. Sedangkan GGS diambil dari legenda Amerika yaitu serigala.
Teguran KPI
Sinetron ini pernah ditegur KPI (Komisi Penyiaran
Indonesia), sehingga pernah diberhentikan sementara pada tanggal. Dikabarkan
oleh Indopos (11/10/2014), tayangan sinetron GGS dianggap tidak
memberi nilai edukasi. KPI melarang sinetron Ganteng Ganteng Serigala tayang
selama tiga hari, yakni terhitung mulai tanggal 21 hingga 23 Oktober lalu.
Pengaduan itu berasal dari seluruh warga Indonesia yang tidak suka dengan GGS, karena disebabkan banyaknya adegan yang tidak
sesuai dengan budaya Indonesia, seperti berpelukan di tempat umum bahkan
sekolah, dan memakai seragam sekolah layaknya sekolah-sekolah internasional
yang ada di Korea. Kemudian adegan berantem, cakar-cakaran yang tak layak
ditiru oleh anak-anak sekolah di bawah umur. Adegan-adegan seperti itu bisa
mempengaruhi perilaku remaja Indonesia. Bahkan kekerasan fisik seperti itu bisa
menyebabkan bulliying di sekolah meningkat.
Walaupun banyak dikecam, penggemar sinetron ini juga
tidak sedikit, itu bisa dilihat dari rating-nya yang terus meningkat. Tak
selayaknya tim produksi GGS hanya memikirkan keuntungan dan rating belaka,
seharusnya tim produksi GGS kembali memikirkan dampak yang terjadi apabila
sinetron ini terus ditayangkan. Akankah memberikan dampak positif yang lebih
banyak atau dampak negatif bagi Indonesia khususnya para pemuda generasi
penerus bangsa.
Comments
Post a Comment