Siapa Bilang Kyai tak tahu Filsafat ??

KH. Abdul Aziz
Ceramah ini disampaikan oleh KH. Abdul Aziz, pengasuh PP. Pacul Gowang pada peringatan 7 hari wafatnya KH. Ishaq Latief hari Kamis, 6 Maret 2015 di Masjid Tebuireng. Diceritakan ada seorang kyai yang bernama Kyai Karim dari Lirboyo, Beliau merupakan teman sekamar KH. Ishaq Latief saat mondok di Bangkalan.
Suatu hari ada seorang santri yang sangat membandel untuk keluar pondok pada malam hari, padahal dipondoknya sudah ditetapkan peraturan tidak boleh keluar saat jam malam mulai jam 6 sore sampai 6 pagi. Semua pengurus sudah berusaha untuk menasehati santri tersebut, tapi tetap saja santri tersebut membandel dan keluar malam untuk melihat wayang kulit –kesenian yang dahulu sanga digemari oleh orang-. Akhirnya pengurus tersebut melapor kepada Kyai Karim karena permasalahan tersebut, pengurus meminta agar Kyai mau menasehati santri tersebut agar tidak keluar malam lagi.
Akhirnya sang Kyai bersedia untuk menasehati santri tersebut. Pengurus menyarankan kepada Kyai untuk membuat pengumuman, dan Kyai menulis pengumuman di selembar kertas, tapi Kyai tidak menempelkan di papan pengumuman yang telah disediakan. Setelah selesai mengaji, Kyai berkata kepada semua santrinya agar nanti saat ada orang yang mengetuk pintu untuk tidak dibukakan. Setelah selesai mengaji sang Kyai bingung memikirkan dimana tempat yang tepat untuk menempelkan pengumuman tersebut, dan akhirnya sang Kyai memutuskan untuk menempelkan pengumuman di bawah bedug.
Saat pementasan sudah selesai santri pun kembali ke pondok. Santri tersebut mengetuk semua pintu kamar, tapi tak satupun ada yang membuka pintu karena sebelumnya sudah dikatakan untuk tidak membukakan pintu. Santri tersebut bingung, mondar-mandir mencari tempat yang cocok untuk dibuat tidur. Bila ia tidur di sembarang tempat ia takut bila nanti saat larut malam ada orang yang berbuat jahat kepadanya, karena daerah Lirboyo merupakan alas/hutan yang banyak orang jahat seperti daerah Tebuireng saat dulu. Dan yang kedua, santri tersebut takut bila ia tidak bisa mengikuti jamaah shubuh. Karena sholat jamaah itu bagaikan orang yang naik bus, walaupun ia dalam keadaan ngantuk, ia akan selamat sampai tujuan karena ada seorang sopir yang memimpin perjalanan tersebut. Tapi tidak seperti sholat sendirian, itu seperti orang yang naik motor sendirian,  bila dalam keadaan ngantuk makan ia tidak sampai tujuan dan akan mengalami kecelakaan.
Akhirnya santri tersebut memutuskan untuk tidur dibawah bedug. Dan saat akan tidur ia melihat sebuah kertas yang ditempel di bawah bedug, dan sangat terkejutnya ia bahwa dalam kertas tersebut tertulis larangan untuk keluar malam. Santri tersebut tidak bisa tidur sampai shubuh karena memikirkan kesalahannya. Dan adzan shubuh pun berkumandang, santri tersebut menempati shaf pertama dan berdiri tepat di belakang imam yang tak lain kyainya. Saat selesai sholat, santri tersebut mengikuti kyainya untuk meminta maaf. Setelah sang kyai sampai ke ndalemnya, santri tersebut langsung menyiumi lutut kyainya sambal menangis bersedu-sedu. Ia meminta maaf atas segala kesalahannya, dan ia berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Dan kyai meminta santri untuk membakar kertas pengumuman tersebut.
Dari cerita di atas bisa disimpulkan bahwa Kyai Karim memiliki sebuah logika yang dapat memperkirakan sampainya pengumumannya tersebut kepada santri yang melanggar. Beliau tidak menempelkan pengumumannya di papan pengumuman, karena itu tidak akan efektif. Imam Ghozali mengatakan bahwa “Manusia itu suka mencoba hal yang dilarang”. Bila pengumuman tersebut ditempelkan di papan pengumuman, bukan malah akan membuat santri yang melanggar tadi kapok, tapi bisa-bisa akan membuat semua santri penasaran. Santri akan berpikir, mengapa tidak boleh keluar malam, dan akhirnya santri akan mencoba keluar, hal itu bisa menambah pelanggaran yang dilakukan oleh santri.
Kedua, dalam ilmu balaghoh dinyatakan, bahwa sesuatu yang disampaikan dengan sindiran akan lebih mengena atau melekat di hati dibandingkan jika disampaikan secara langsung. Sindiran seperti pengumuman yang dibuat Kyai Karim tadi akan lebih membuat santri tersebut merasa dibandingkan dengan jika beliau langsung memarahi santri tersebut. Bukannya akan membuat kapok, namun mungkin bisa membuat santri tersebut menjadi-jadi nakalnya.

Karena ilmu yang didapat oleh kyai itu minallah, yaitu ilmu yang berasal dari Allah SWT yang berupa ilham. Berbeda dengan ilmu yang didapatkan oleh seorang dosen, ilmu tersebut berasal dari tulisan yang banyak mempunyai kesalahan. Wallahu a'lam

Comments

Popular Posts