Cara Dulu atau Tujuan Dulu


Awal Maret 2019 aku mengikuti sebuah kegiatan camp di luar kota yang begitu terkonsep, full kegiatan, tapi tetap menyenangkan.
Ini adalah sebuah acara yang diikuti oleh beberapa komunitas yang perjalanannya dibimbing oleh Ustadzuna Afri Andiarto. Komunitas itu adalah Remaja Masjid Ulul Azmi UNAIR, Majelis Ahbaburrasul, Gerakan Mengabdi dan Mengajar, Serambi Hijrah, dan Hubb.id. Acara ini diadakan di villa Dandung di Pandaan Pasuruan.
Salah satu kegiatannya adalah pemberian motivasi dakwah oleh Mas Andri Suyanto, S.H. Memang kegiatan ini dikemas untuk happy-happyan, mengingat kegiatan di Surabaya yang full, tapi tetap ada ilmu yang disampaikan. Dan benar saja materi yang disampaikan oleh Mas Andri sangat memotivasi dan membuat para peserta tertawa.
Beliau menyampaikan banyak hal yang berkaitan dengan dunia kuliah, terutama di organisasi. Hal yang masih sangat kuingat adalah fenomena kepengurusan organisasi. Di awal kepengurusan semua pengurus sangat semangat, sering hadir rapat, dan selalu ramai di grup chatting. Pertengahan agak mengendor dengan banyak alasan, salah satunya ada tugas kuliah, dll. Dan di akhir kepengurusan yang tersisa hanyalah ketua dan wakil ketua untuk menyampaikan LPJnya. Sungguh itu menggugah diriku untuk mantuk-mantuk dan hati mengatakan “bener juga ya”.
Pertanyaan pertama yang ditanyakan beliau adalah, lebih bener mana? Menemukan alasan, atau menemukan cara saat kita melakukan sebuah pilihan.
Mas Adri (baju biru)

Jawaban yang benar adalah, menemukan alasan, finding why.
Finding why
Ketika kita mau bepergian ke Taman Bungkul Surabaya, apakah kita menentukan untuk apa kita kesana, atau akan lewat jalan mana untuk sampai kesana. Pastinya kita punya tujuan terlebih dahulu. Begitu juga dengan dakwah, pastinya kita punya tujuan saat mengikuti kajian, apakah hanya untuk agar baik di mata para perempuan atau lainnya. Maka selanjutnya kita menentukan cara bagaimana agar dakwah tersebut terlaksana dengan baik, dan kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari kajian.
Beliau menyampaikan alasan beliau belajar agama dan memutuskan untuk menikah di kala masih menjadi mahasiswa. Maka tujuan besar beliau adalah untuk mengajarkan islam kepada ibunya yang masih “islam KTP”. Beliau butuh seorang perempuan agar ibunya bisa menerima ilmu agama itu.
Bahwa kita harus mempunyai tujuan yang besar dan personal. Jika kau kehilangan semangat untuk mencapai cita-cita besar itu, ceritakanlah kepada orang terdekat yang kau percayai, dan ingat-ingatlah pesan itu saat suatu hari kau putus asa.
Dan sebaik-baiknya tujuan adalah untuk mendapat ridho dari Allah dan RasulNya.

Ciptakan kondisi yang menyenangkan
Beliau menyampaikan kegiatan di kalangan SKI yang sangat menarik. Biasanya diklat para temen-temen SKI di luar kota. Kegiatan diawali berangkat ke tempat tujuan pada Sabtu siang, setelah dhuhur diisi dengan materi, habis ashar materi lagi, ishoma sebentar, habis isya materi sampai jam 10, kemudian jam 3 sudah bangun untuk tahajjud, dan berlanjut dengan kegiatan yang katanya sangat membosankan dan membuat ngantuk. Maka tak heran kesan awal yang timbul adalah SKI itu sangat membosankan. Maka saat beliau menjadi pengurus, beliau mengubah itu dengan kegiatan santai tanpa materi yang berat-berat. Diisi dengan mendaki bukit, memancing, dll.
Memang benar, banyak organisasi yang sakit bukan karena pengurusnya tidak bisa menjalankan program kerja dengan maksimal. Melainkan ada konflik personal di antara pengurus, ada suatu hubungan yang sakit antara pengurus sehingga menimbulkan suasana organisasi menjadi tidak menyenangkan.
Saya pun merasakan itu, di organisasi itu yang sulit bukan melaksanakan program kerjanya, melainkan bagaimana memperlakukan staf yang mempunyai karakter yang berbeda-beda sehingga ia mampu untuk menemukan kenyamanannya. Bagaimana membuat staf agar tidak badmood.
Maka solusinya bisa dicari sendiri, buatlah kegiatan yang mampu membuat semua anggota organisasi senang sehingga ia menemukan kenyamanan di organisasi tersebut. Konsep ini banyak diterapkan di perusahaan kreatif, seperti di kantor Bukalapak. Pekerjaan seperti ini memang fokusnya untuk menggaet para generasi millennial. Para karyawan akan dibuat nyaman dan tidak mau keluar kantor karena saking lengkapnya fasilitas yang ada di kantor tersebut. Kalua nggak percaya lihat aja reviewnya di youtube.

Kolaborasi
Hal yang mudah untuk membuat komunitas/organisasi semakin besar adalah kolaborasi. Mengajak komunitas yang mempunyai tujuan sama walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya dengan mengadakan kajian bersama komunitas hijrah di Surabaya dan mengadakan sebuah acara kajian di pusat kota.
Pernahkah kita melihat fenomena orang yang hijrah kemudian meninggalkan semua teman di masa lalunya yang kelam. Memang benar saat kita memilih sebuah pilihan harus berani untuk kehilangan teman.
Bahwa yang seharusnya kita lakukan adalah bukan meninggalkannya melainkan dengan mengajakanya juga. Masa setelah hijrah diajak untuk futsalan gak mau, diajak nonton konser dibilang maksiat, dll. Memang itu tidak mudah dan kita dianjurkan untuk sebisa mungkin menghindari maksiat. Tapi bukan berarti kita menolaknya dan menjudge jelek teman kita. Sebisa mungkin kita mengajaknya dan mewarnainya dengan kebaikan.
Semakin anda menutup dengan teman yang tidak satu value dengan anda semakin besar persepsi buruknya kepada kita.

Ada banyak hal yang beliau sampaikan dan belum bisa kulakukan. Salah satunya lakukan to do list setelah bangun tidur dan muhasabah sebelum tidur.

Oke itu saja sharingku kali ini, semoga bermanfaat.

Comments

Post a Comment

Popular Posts