Ziarah - Dolan tapi Berkah


Kamu tinggal di Surabaya, seberapa seringkah kamu berziarah atau sekedar berkunjung ke Makam Sunan Ampel?

Kenapa sih harus kesana, sementara berdzikir di Masjid pun juga baik. Tapi alangkah lebih baik jika kita hanya berkunjung ke mall yang lebih banyak buruknya.

Alhamdulillah beberapa hari yang lalu masih bisa merasakan ziarah ke makam kyai-kyai di Yogyakarta dan sekitarnya. Bersama rombongan Mahasantri Surabaya kami mengunjungi makam Kyai Joko Tingkir, Syekh Subakir, Gunung Pring, KH. Ali Maksum Krapyak, dan Syekh Maulana Maghribi. Tapi ada tetap ada tujuan wisata seperti Candi Borobudur dan Prambanan.

Mengenali Jasa Ulama
Ziarah merupakan sebuah cara terbaik agar kita minimal kenal dengan ulama yang dikuburkan di makam tersebut. Sebelumnya diri ini hanya kenal dengan KH. Ali Maksum sebatas nama, tapi dengan rangsangan ziarah bisa lebih mengenal siapa sih, apa sih jasa ulama tersebut hingga bisa dimuliakan.

KH. Ali Maksum merupakan salah kyai yang berhasil menerapkan pengajaran di pesantren berbasis madrasi di Pesantren Tremas Pacitan, padahal KH. Dimyathi, pengasuh Pesantren Tremas saat itu menolak sistem tersebut karena trauma dengan sistem pendidikan kontroversional yang identik diterapkan Belanda saat menjajah Indonesia.

Pada saat mengasuh Pesantren Krapyak Yogyakarta, beliau juga mampu mengembangkan system pendidikan yang tidak lagi dipusatkan pada pengajaran Al-Qur’an, akan tetapi pada kitab kuning, dan keduanya berjalan seimbang, sehingga menjadi ciri khas utama pesantren. Juga mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal/klasikal dalam bentuk madrasah yang masih bertahan sampai sekarang.

Makam KH. Ali Maksum
Pandangan KH. Ali Maksum juga seperti kaum berpendidikan modern, bahwa untuk memperoleh ilmu kamu harus belajar, innamal ilmu bitta’allum, dan didukung dengan makanan bergizi, gaya hidup sehat untuk meningkatkan kecerdasan. Bukan dengan sekedar kepercayaan ilmu laduni, puasa, perilaku spiritual lainnya. Pembaharuan yang beliau lakukan tetap berpedoman pada prinsip: Al-Muhafazhatu ‘alal qadimis shalih, wal akhdzu bil jadidil ashlah, yaitu mempertahankan tradisi lama yang masih baik (layak) dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. 

Ajakan Kebaikan
Tidak semua orang yang berziarah itu setiap hari sholat berjamaah di Masjid. Dan tidak semua orang yang berjualan di tempat ziarah berpakaian syar’i seperti yang didakwahkan para ustadz ngetren sekarang.  
Makam Gunungpring

Tapi kita tidak hendak menilai itu, karena lihatlah apakah perbuatan kita lebih banyak baik atau buruknya. Yang menjadi fokusnya adalah keberhasilan kita saat mengajak teman-teman untuk berziarah adalah bisa mengajak dia untuk membaca yasiin dan berdizikir. Simpelnya di hari itu kita lebih banyak berdzikir dari pada hari lainnya.

Kamu lihat berapa ribu setiap harinya orang yang berkunjung ke Makam Sunan Ampel hanya berdzikir dan berdoa kepada Allah. Seberapa banyak orang yang rela berjalan menyusuri Gunung Muria untuk berziarah ke Makam Sunan Muria.

Terlepas dari banyaknya pendapat yang melarang untuk berziarah ke makam para wali karena bid’ah. Tapi juga banyak pendapat ulama yang membolehkan untuk berziarah ke makam para wali salah satunya untuk mengingat mati.


Bahwa selamanya kita tidak bisa menilai perbuatan orang baik atau buruk dari penglihatan kita, karena ada juga penentuan baik atau buruk dari sisi Allah, yaitu niat.

Comments

Popular Posts