Jadi Panitia, Rapat dan Rapat
Panitia maupun peserta
masing-masing akan mendapatkan pengalaman tersendiri yang berkesan. Jika
dilihat dari SKP, memang menjadi peserta lomba dan syukur menjadi pemenang akan
mendapatkan SKP lebih banyak dibanding dengan panitia. Tetapi SKP bukanlah
segalanya.
Aku pernah berbagi
cerita dengan salah satu teman, dan dari obrolan itu aku dapatkan sebuah quote.
“Mumpung masih muda, manfaatkan tubuh ini dengan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat walapun sangat melelahkan, mumpung makan masih dibayarin orang tua,
gak harus kerja, mumpung daftar sebagai panitia masih gratis, gak kaya nanti
saat akan melamar kerja”. Dari situ memang sudah seharusnya, sebagai generasi
muda harus berani mencoba hal yang baru, apapun selama baik dan bermafaat.
Dalam sebuah
kepanitiaan memang sangat menguras waktu kita, minimal 1 bulan kita harus fokus
pada kegiatan tersbut. Rapat, survey, perijinan, dll merupakan kegiatan yang
wajar dalam sebuah kepanitiaan. Dari situ aku dididik untuk berani memutuskan
suatu persoalan, berhadapan dengan petinggi-petinggi kampus, bahkan berhadapan
langsung dengan masyarakat. Itulah pelajaran yang tidak akan kita dapatkan
hanya dengan duduk di bangku kuliah mendengarkan materi dari dosen.
Pengalaman ini saat
aku menjadi koordinator Publikasi Dokumentasi dan Dekorasi acara di ISEF UNAIR
2016. Sebagai koordinator aku harus mampu membagi tugas kepada staff-staffku
karena nggak mungkin semua perkerjaan akan kulakukan sendiri. Bagi tugas
merupakan PR yang gampang susah, karena gak semua staff berpikiran yang sama
denganku. Kadang khawatir nanti hasilnya tidak sesuai dengan keinginan kita
sehingga harus banyak revisi. Tetapi ada juga yang hasilnya lebih baik dari
yang kita inginkan sehingga muncul rasa puas. Kuncinya saat menjadi
koordinator, ketua atau apapun, kita harus percaya terhadap staff yang kita
beri tugas, entah hasilnya bagus atau kurang, toh ini juga pembelajaran.
“Ropat-rapat,
usal-usul”, suatu hal yang sangat penting dalam kepanitiaan sebuah acara. Ini
adalah pembelajaran untuk kita agar berpikir kritis terhadap suatu masalah.
Belajar untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain walaupun pendapat kita tidak
terbaik, dan menerima pendapat orang lain walaupun tidak kita inginkan. Mencoba
berpendapat memang sulit, bukan karena gak ada yang mau diomongin, tetapi lebih
karena malu atau sungkan. Sebagai contoh saat di kelas, dosen memberi
kesempatan untuk bertanya, tetapi pertanyaan yang tersimpan itu sulit untuk
diucapkan, karena malu dan menunggu teman, atau karena tidak paham. Tetapi
omongan juga harus diimbangi dengan aksi yang maksimal, talk less do more.
Obrolan selanjutnya
bersama teman lain jurusan yang juga aktif dalam organisasi. Dia menyatakan
“Yang terpenting dalam sebuah kepanitiaan itu, pengalaman apa yang kita dapat,
pelajaran apa yang dapat kita terapkan dalam masyarakat nanti”. Obrolan kali
ini aku membahas tentang keinginanku untuk ikut dalam sebuah kepanitaan acara
Organisasi Bidikmisi Universitas Airlangga yang bergerak dalam bidang
pengabdian masyarakat. Dan akhirnya aku putuskan untuk mengambil tawaran
menjadi koordinator Pubdok acara Camp Pengabdian Masyarakat 2017.
Ya itulah salah satu
pelajaran yang bisa kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat nanti selain
dengan modal pengetahuan akademik. Semoga tetap jago dalam akademik dan berpengalaman
dalam berorganisasi.
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Comments
Post a Comment