Tentang Idola - Muzammil Hasballah
Sebuah pengalaman yang
sangat berkesan dapat bertemu langsung, bertatap muka dengan Muzammil
Hasballah, Hafidz Al-Qur’an yang merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung.
Acara itu terlaksana pada hari Ahad, 11 September 2016. Jamaah Nuruzzaman Unit
Kerohanian Islam Universitas Airlangga berkesempatan mengundang seorang
mahasiswa lulusan Teknik Arsitektur ini dalam acara Grand Opening Pembinaan
Baca Al-Qur’an 2016.
Lagi-lagi dalam acara
tersebut I do what I love, ya aku menjadi seorang yang mendokumentasikan
acara walaupun aku bukan panitia resmi acara tersebut. Sebuah keberuntungan dan
kesempatan emas, karena dalam sebuah acara photographer adalah orang yang bebas
kesana-kemari tanpa ada yang melarang, walaupun tetap ada peraturan.
Dalam acara tersebut
yang menjadi narasumber selain Muzammil juga ada Ust. Muhammad Sholeh Drehem.
Seperti ciri khasnya, Muzammil mengenakan pakaian yang stay cool. Karena
yang dihadapi adalah kalangan mahasiswa, maka Ia lebih banyak bercerita
mengenai pengalaman kuliah juga cara menghafal Al-Qur’an di tengah tugas yang
menumpuk.
Stay Cool. |
Bang Muzammil memulai talkshow
dengan membaca lantunan ayat suci Al-Qur’an yang membuat seluruh peserta di
Airlangga Convention Center merinding saat mendengarnya. Ia awali dengan
ceritanya saat masuk rumah tahfidz, sangat beruntung Ia ucapkan, karena dari
tempat tinggal tersebut ia bisa banyak belajar Al-Qur’an. Dalam perjalannya
untuk mempelajari Al-Qur’an, bang Muzammil tidak cukup hanya belajar di rumah
tahfidz tersebut, tetapi Ia juga memiliki banyak guru di luar, baik dari dosen
maupun ustad.
Banyak pesan yang
beliau sampaikan. Salah satunya sebagai seorang mahasiswa kita harus
berprestasi sesuai bidang kita masing-masing. “Jangan lupa juga dengan urusan
dunianya, Teman-teman dari jurusan apa saja harus berprestasi, karena itulah yang
diinginkan oleh Islam, kita berdakwah sesuai bidang kita untuk mengisi
peradaban secara real”. Bang Muzammil mencontohkan dosennya, Ridwan Kamil yang
sekarang menjadi Walikota Bandung. Beliau merupakan seorang muslim, bisa
dibilang beliau berdakwah melalui kemampuannya untuk berpolitik.
Kemudian yang
menurutku sangat menarik yaitu penampilan. Rupanya Ia seorang hafidz yang tetap
menjaga statusnya sebagai seorang pemuda, maka Ia tidaklah muluk-muluk dalam
penampilan, seperti mengenakan jubah atau peci putih. Bang Muzammil berpakaian
layaknya pemuda kekinian, memakai kemeja, celana jeans, jam tangan dengan
tambahan sorban yang dikalungkan di lehernya. Inilah salah satu cara dakwah
yang dapat menarik antusias pemuda untuk datang dan mendengarkan apa yang
disampaikan.
taulah aku yang mana |
Dan yang berkesan
untukku adalah saat dapat bertatap muka langsung dengan bang Muzammil. Saat itu
ada seorang pemuda, namanya Shoultan Nanda yang bertemu beliau untuk murojaah hafalan, di situ pemuda tersebut membaca surat Ar-Rahman dan langsung dikoreksi oleh Bang Muzammil. Seandainya
aku bisa menjadi orang membaca dan didengarkan langsung oleh beliau, merupakan
sebuah kebanggaan tersendiri. Imbas dari aku ikut-ikutan itu aku bisa mendengar
langsung nasehat dari Muzammil dan bisa foto bareng. Bukan apa-apa, tapi
iniliah tentang idola.
Semoga bisa menular ilmunya |
“Baca Al-Qur’an itu
jangan terkesan memaksa, memaksa dalam bentuk apapun, misalnya memaksa untuk
difasih-fasihkan. Bacaan Al-Qur’an yang baik adalah bacaan yang tidak
memberatkan pembacanya, lunak diucapkan tapi tepat. Membaca Al-Qur’an yang baik
memang memerlukan waktu yang lama. Dan carilah syeikh yang bagus dan mempunyai
sanad yang jelas.” Itulah pesan yang aku dengarkan langsung saat aku bertemu
dengan Muzammil di backstage.
Sebuah harapan,
motivasi, pelajaran untuk diri sendiri dan berharap bisa untuk orang lain. Semoga
bermanfaat.
I do what I love…..
mantab gann
ReplyDelete