Orang Pintar harus Kaya
Pesan
ini disampaikan oleh Bpk. Kartono dosen saat mengisi mata kuliah struktur data
pada bulan April 2016. Orang pintar tidak boleh miskin, masa kalah dengan
banyak orang yang bodoh tapi kaya. Tidak semua dosen yang mengajar di sini
merupakan orang yang bekerja atau mengajar untuk mencari uang. Saya mengajar di
sini tidak untuk mencari uang, tetapi agar bisa mengaajrkan ilmu agar ilmu yang
saya miliki bermanfaat untuk orang lain. Dan harapannya, mahasiswa yang saya
ajar menjadi mahasiswa yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Memang dalam agama
ada keterangan bahwa kita tidak boleh meminta uang atas ilmu yang kita
sampaikan. Maka dari itu bapak Kartono menambahkan, “Saya mengajar bisa
dibilang untuk mencari pahala, sementara untuk urusan dunia seperti uang saya
berkerja sebagai direktur di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ekspor.
Dan dengan itu saya mendapatkan omset sekitar 2 M per bulan, kalua nggak
percaya silahkan lihat di www.indochito .co.id”.
Banyak mahasiswa
yang tidak bisa membedakan antara sekolah dan belajar. Kita kuliah merupakan
belajar jika kita mampu memahami pelajaran yang disampaikan oleh dosen.
Sementara sekolah merupakan kegiatan dari datang, duduk, absen dan pulang
kuliah. Orang tua kita mengharapkan bahwa kita kuliah untuk sekolah dan
belajar, tidak sedekar memburu absen demi prasyarat kelulusan kuliah. “Belajar
itu outputnya berupa ilmu, sementara sekolah outputnya berupa ijazah”.
Kita harus belajar
di tempat yang benar agar mendapat dan memahami ilmu secara maksimal. Sebagai
contoh, saya sendiri merupakan mahasiswa jurusan S1 Sistem Informasi, maka dari
itu wajib hukumnya untuk mengerti dan memahami pemrograman. Jika tidak, bisa
dipastikan anda tidak akan bisa memahami ilmu jurusan anda secara maksimal. Dan
silahkan untuk keluar dari jurusan yang Anda jalani sekarang jika merasa itu
tidak cocok dengan minat anda, sebelum semuanya terlambat. Sebelum orang tua
menanyakan bagaimana kabar skripsi Anda.
Pintar dan kaya
harus berjalan secara bersamaan. Orang yang pintar tapi tidak kaya akan mudah
mempergunakan ilmunya untuk menerima suap dari orang lain. Sementara orang yang
pintar dan kaya, akan tidak mempan jika Ia ditanya, mau minta apa oleh anak
didiknya misalnya, karena si orang pintar tersebut sudah mempunyai kekayaan
yang tidak perlu lagi ditambah dengan suap yang diberikan.
Sudah saatnya kita
sebagai mahasiswa untuk lebih belajar lebih giat lagi untuk meraih cita-cita
yang kita inginkan dan memenuhi tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua
kita. Saat TK, ketika ditanya apa cita-cita kalian, kita akan dengan sigap
menjawab, dokter, pilot, astronot, presiden, dan lain-lain. Tetapi kenapa saat
sudah duduk di bangku kuliah kita semakin untuk mengungkapkan apa cita-cita
kita. Itu bukan karena kita tidak PD atau semakin tau kesulitan yang dihadapi
untuk meraih cita-cita tersebut, melainkan karena kita kurang semangat untuk
menggapai cita-cita tersebut sesuai tingkatan pendidikan kita. Bayangkan jika
kita selalu meyakinkan untuk dapat meraih cita-cita tersebut, dengan belajar
dari SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi dengan jurusan yang sesuai, pasti kita
bisa meraih cita-cita tersebut.
Kekayaan harus
didampingi dengan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena tanpa
ridho dari-Nya, kekayaan kita tak aka ada gunanya untuk kita. Dan terus
semangat belajar untuk menjadi mahasiswa yang excellence with morality.
–Dikembangkan dari pesan-pesan Pak Kartono. (rhm).
Comments
Post a Comment